Google Earth adalah aplikasi yang dapat diperoleh secara cuma-cuma melalui http://earth.google.com. Aplikasi ini merupakan teknologi terbarukan dari digital imagery satellite image yang digabungkan dengan aplikasi sistim informasi geografis. Dengan aplikasi ini, maka kita bisa menuju kemanapun tempat di bumi ini dan merasakan efek “terbang” di layar komputer kita. Sebagaimana disampaikan dalam berbagai review mengenai Google Earth, model yang ditawarkan oleh Google Earth telah menjadi standar bagi pengembangan aplikasi dan teknologi Geographical Information System saat ini.
Sekalipun aplikasi ini dapat diperoleh secara cuma-cuma, namun aplikasi ini cukup handal dan menarik untuk dimanfaatkan baik untuk keperluan pribadi pada tingkat sederhana maupun untuk keperluan korporat yang lebih luas. Dalam aplikasi yang sederhana, kita bisa melakukan setting untuk menempatkan obyek lokasi (placemark) di suatu tempat pada Google Earth, dan kemudian dapat kita buat satu profil singkat tentang obyek lokasi tersebut. Kemudian, kita bisa menuju ke obyek lokasi dengan simulasi “terbang” dan membaca profilnya.
Dalam konteks aplikasi untuk keperluan bisnis yang lebih luas, aplikasi Google Earth ini tentunya bisa dimanfaatkan sebagai sistim informasi geografis dari jaringan restoran, sekolah atau hotel. Organisasi Smithsonian Institution melalui Global Volcanism Program memanfaatkan Google Earth untuk membuat database gunung berapi dunia dengan profilnya masing-masing.
Dalam konteks aplikasi untuk keperluan bisnis yang lebih luas, aplikasi Google Earth ini tentunya bisa dimanfaatkan sebagai sistim informasi geografis dari jaringan restoran, sekolah atau hotel. Organisasi Smithsonian Institution melalui Global Volcanism Program memanfaatkan Google Earth untuk membuat database gunung berapi dunia dengan profilnya masing-masing.
Gbr. 1: Profil Gunung Krakatau di Google Earth oleh Smithsonian Institution
Namun harus disadari bahwa image yang disediakan oleh Google Earth bukanlah real time image. Google menyampaikan bahwa kebanyakan image diambil kurang dari 3 tahun sebelumnya. Demikian pula tidak semua lokasi akan memiliki resolusi image yang cukup tajam, sebagaimana kita bisa melihat obyek mobil yang berada di bundaran Hotel Indonesia Jakarta seperti yang terlihat pada Gambar 2.
Gbr. 2: Image Bundaran Hotel Indonesia – Jakarta di Google Earth
Manajemen Informasi Jaringan Perkebunan Kelapa Sawit berbasis Google Earth
Perkebunan besar kelapa sawit tentunya akan memiliki jaringan perkebunan yang tersebar di berbagai wilayah. Penempatan berbagai perkebunan tersebut dalam satu alat bantu sistim informasi manajemen yang terpusat tentunya akan memudahkan dalam pengorganisasian berbagai informasi yang diperlukan.
Dalam konteks ini, Google Earth dapat dimanfaatkan dan dipergunakan sebagai sistem informasi manajemen perkebunan kelapa sawit. Dengan berbagai teknik koneksi data, maka tidak hanya efek terbang yang dapat ditampilkan, namun link ke berbagai knowledge management dan data perusahaan dapat dibangun pula. Dengan demikian dapat dibangun suatu Business Intelligence jaringan perkebunan kelapa sawit.
Gbr. 3: Jaringan perkebunan kelapa sawit di wilayah Sumatera Utara ditampilkan melalui Google Earth.
Seperti terlihat pada Gambar 3, maka jaringan perkebunan kelapa sawit dapat dikelola melalui Google Earth. Image view yang ada di Google Earth dapat didekati hingga kedekatan (ketinggian) maksimal tergantung lokasinya, sebagaimana tersedia di Google Earth. Contoh image view perkebunan kelapa sawit yang dapat dilihat dari jarak pandang yang lebih dekat adalah sebagaimana dicontohkan pada Gambar 4.
Gbr. 4: Contoh Image Perkebunan Kelapa Sawit dan Pabrik Kelapa Sawit di Google Earth
Gambar 4 adalah salah satu contoh kebun kelapa sawit dan Pabrik Kelapa Sawit yang terdapat di Kalimantan Tengah. Image tersebut dapat didekati hingga ketinggian sekitar 570 Meter. Namun demikian tidak semua lokasi mempunyai resolusi image yang sebagus kebun pada gambar 4 tersebut. Untuk lokasi-lokasi yang belum memiliki image yang cukup bagus, ada fasilitas yang bisa kita pergunakan pula pada Google Earth, yaitu dengan menggabungkan Global Informastion System (GIS) Map yang dimiliki oleh perusahaan, dan ditempatkan di Google Earth melalui perintah add image overlay. Contoh dari hal ini nampak pada Gambar 5.
Gbr. 5: Contoh GIS Map Kebun Kelapa Sawit dengan batas-batas kebun dan Blok diintegrasikan ke Google Earth
Deskripsi dan informasi yang lebih detil bisa dibuat dengan memanfaatkan fasilitas “balloon”, yaitu berupa profil sebagaimana dapat dilihat pada Gambar 6. Pada “balloon” inilah profil dari suatu kebun kelapa sawit, atau pabrik pengolahan kelapa sawit dapat dibuat. Pada profil dapat ditempatkan suatu link ke knowledge management maupun sistim informasi eksekutif lainnya. Contoh yang ditampilkan pada Gambar 6, profil pabrik kelapa sawit dibuat dengan menambahkan link kepada database laporan produksi pabrik kelapa sawit dan berbagai data foto terkini dari pabrik tersebut.
Gbr. 6: Profil suatu Pabrik Kelapa Sawit ditampilkan pada Google Earth
Format untuk membuat profil dalam “balloon” tersebut menggunakan format KML, yang dikompak-kan sebagai KMZ. Format ini berbasis pemrograman HTML sederhana. Informasi lokasi koordinat geografis, maupun beberapa fitur tambahan lainnya, misalnya pewarnaan, dan sebagainya, dapat dimasukkan ke dalam Placemark Editor.
Data yang ada akan tersimpan sebagai File dalam format KMZ. File ini berukuran relatif sangat kecil. Oleh karenanya, jika file KMZ telah dibuat, file tersebut dapat di-share dengan mudah kepada pihak lain untuk dapat dibuka dengan aplikasi Google Earth.
Untuk kepentingan korporasi, hal ini tentunya akan sangat berisiko jika data-data perusahaan bisa dengan mudah tersebar luas. Untuk itu, tentunya perlu teknik-teknik tertentu agar pada saat kita membangun jaringan data perusahaan berbasis Google Earth, data-data perusahaan masih akan tetap aman tersimpan.
Masalah Keamanan Data
Google menyediakan aplikasi Google Earth secara cuma-cuma dilatarbelakangi oleh kepentingan pemakaian mesin pencari. Dengan Google Earth, maka kita bisa mencari lokasi dari tempat-tempat yang telah diidentifikasi oleh Google.
Oleh karenanya, aplikasi Google Earth dimaksudkan menjadi tempat pertukaran informasi bagi para penggunanya yang tergabung dalam Google Earth Community. Dengan menjadi anggota Google Earth Community, maka kita bisa menempatkan lokasi-lokasi yang kita usulkan (dalam format KMZ) untuk dapat dilihat oleh para komunitas Google Earth. Tentunya obyek-obyek yang ditempatkan dalam Google Earth Community telah terlebih dahulu mendapatkan persetujuan dari manajemen Google.
Sharing data seperti itu, untuk data-data korporat, tentunya haruslah dihindari. Data korporat tentulah dimaksudkan hanya dapat diakses oleh mereka-mereka yang memang diberi kewenangan dan akses untuk melihatnya. Oleh karena ini, penyebaran data-data korporat melalui KMZ file ke berbagai pihak tentunya harus dihindari. Format KMZ File sendiri, sebagaimana diinformasikan oleh Google, tidak mungkin kita proteksi. Begitu file tersebut diterima oleh pihak lain, maka pihak lain tersebut dapat melihat kandungan data yang terdapat dalam KMZ file tersebut melalui aplikasi Google Earth.
Untuk itu, perlu dilakukan teknik guna “memproteksi” data penting yang ada pada KMZ file. Salah satu teknik sederhana yang bisa dilakukan adalah dengan membuat data-data yang ditampilkan dalam format image. Tentunya berbagai format image ini harus ditempatkan di lokasi server perusahaan, sehingga hanya mereka yang melakukan akses ke server perusahaan sajalah yang dapat memperoleh akses data tersebut. Dengan demikian, seandainya oleh satu dan lain hal, file KMZ ini tersebar keluar, maka konten informasi yang penting tidak akan dapat terlihat.
Salah satu informasi strategis yang tetap menghadapi resiko di atas adalah lokasi geografis dari obyek lokasi yang ditempatkan di Google Earth. Lokasi geografis ini berupa koordinat geografis, dalam format derajat lintang utara/selatan dan bujur timur/barat. Namun demikian, informasi lokasi geografis inipun sebenarnya telah banyak pihak yang dapat memperolehnya dengan mudah.
Untuk jaringan perkebunan besar data ini pasti dimiliki oleh Badan Pertanahan Nasional (BPN) ataupun instansi terkait lainnya. Dan seharusnya data ini telah juga menjadi data “umum”, dan biasanya digunakan untuk menentukan batas-batas wilayah perkebunan yang satu dengan yang lainnya.